Pada musibah banjir besar yang baru saja melanda Filipina, Muelmar Magallanes membuktikan dirinya adalah seorang pahlawan dalam arti yang sebenarnya. Pekerja bangunan berumur 18 tahun ini memberanikan dirinya untuk menyelamatkan lebih dari 30 orang lainnya, tetapi ia harus kehilangan nyawanya dalam upaya terakhirnya untuk menyelamatkan seorang bayi perempuan dan ibunya yang hanyut terapung di atas sebuah kotak styrofoam.
Lanjutkan membaca “Muelmar Magallanes, Pahlawan Sejati dari Filipina”
Suara Itu sudah Tidak Ada Lagi (takeshi miura & miki endo)
Kesadaran bahwa bencana gempa dan tsunami bisa terjadi sudah ditanamkan ke semua penduduk. Oleh karena itu di pemerintah daerah juga dibuat suatu badan atau seksi pengamanan dan pengamatan bencana, yang salah satu tugasnya memberikan pengumuman lewat pengeras suara ( loudspeaker) kepada seluruh penduduk tentang kemungkinan tsunami dan bahaya bencana yang lain.
Lanjutkan membaca “Suara Itu sudah Tidak Ada Lagi (takeshi miura & miki endo)”
Legenda Gunung Kelud & pengkhianatan cinta
Sindonews.com – Menurut legenda, Gunung Kelud bukan berasal dari gundukan tanah yang meninggi secara alami. Melainkan terbentuk berkat sebuah pengkhianatan cinta seorang putri Dyah Ayu Puspasari terhadap Lembu Sura.
Lanjutkan membaca “Legenda Gunung Kelud & pengkhianatan cinta”
Merindukan TPQ di Raja Ampat Papua (Kisah Kafilah Da’wah)
Merindukan TPQ di Raja Ampat Papua (Kisah Kafilah Da’wah)
Lanjutkan membaca “Merindukan TPQ di Raja Ampat Papua (Kisah Kafilah Da’wah)”
Perempuan Dari Andara
Perempuan dari Andara
Menuju Puncak, Bogor
Andri menawarkan diri, ingin sekalian ikut, melihat-lihat tempat kerjaku, cottage. Terletak menjelang kawasan Puncak, Cipayung, Jawa Barat. Usai shalat Magrib berjamaah di musholla stasiun, kami bergegas meluncur.
Lanjutkan membaca “Perempuan Dari Andara”
Darah Hitam
Darah Hitam
Matanya yang nyalang tak percaya pada ucapan. Ia tak bisa memahami hakikat kata yang aneh dan mustahil. Ia tak dapat menelan kebisuannya. Waktu tujuh tahun yang lilin-lilinnya ia padamkan sejak beberapa bulan lalu, tak pernah mau menerima air mata mereka. Ia bertanya pada ibunya, yang ketika itu sedang mengatur tempat tidurnya.
“Apakah mereka tidur?”
Ibunya hanya tersenyum, sekalipun ia sebenarnya terperanjat, lalu ia bertanya sambil meneruskan pekerjaannya.
“Kamu bicara apa?”
“Apakah orang-orang Yahudi membunuh mereka, ketika mereka sedang terlelap?”
Rona wajah ibunya berubah dalam sekejap, dan dalam keadaan sesak ia berkata, “Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, Amru!”
Amru pun berteriak marah. “Ibu selalu berkata bahwa saya harus menjaga kebersihan pakaian! Ibu juga selalu melarang saya jangan memukul orang lain! Selalu begitu.” Dan tangisnya meledak.
Lanjutkan membaca “Darah Hitam”